Selamat Menua, Mbak Put!

0
COM
Selamat ulang tahun Dinaaaaar! (24/9/15)

Dinar adalah salah satu sahabat saya sejak SMP. Seperti lika liku persabatan pada umumnya, tentu saja kami pernah mengalami yang namanya bertengkar. Tapi, saat ini kami sudah remaja tingkat akhir malah seharusnya sudah pada tahap perempuan dewasa. Jadi, sudah bukan jamannya ya, bertengkar bak anak SMA gitu. Hahaha. Semua harus dilihat dari cara pandang 'manusia adalah makhluk sosial'.

Pernah suatu ketika kami berdua bertengkar hebat, hingga tidak saling menyapa selama kurang lebih satu tahun. Sebenarnya kalau ditanya dari hati, ya pastinya nggak mau bertengkar seperti itu. Tetapi , berhubung kepalang emosi dan saling mementingkan ego, ya seperti itulah jadinya. Hingga pada awal tahun ini saya memberanikan diri untuk menyapanya dan meminta maaf. Awalnya saya ragu karena takut akhirnya malah menimbulkan sakit hati jika terjadi hal yang tidak diinginkan. Tetapi, setelah saya berbicara panjang lebar yang isinya ingin memperbaiki hubungan kami berdua, dengan sangat terkejut ternyata Dinar pun memiliki keresahan dan kerinduaan yang sama seperti saya. Dan alhamdulillah hingga sekarang hubungan saya dan Dinar menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini memberikan pelajaran bagi saya, bahwa cara kerja ikatan persahabatan sama seperti cara kerja ikatan persaudaraan. Ego akan mampu ditekan oleh rasa kasih sayang.

By the way, tanggal 24 September kemarin ulang tahun Dinar. Doanya semoga cepat dikhitbah dan nggak nyasar terus kalau ke kosan gue hahaha...


Si Blogger Magang

0
COM
Blog ini lahir tahun 2012. Blog ini berisikan, cerita, pengalaman, pengetahuan, dan perasaan dari saya. Blog ini telah mengalami beberapa kali pembaharuan, karena beberapa cerita yang lahir pada beberapa 'dekade' sebelumnya dirasa lebay, alay, hinyay, dan bikin jijay. Tetapi, dengan peremajaan tersebut, saya berharap isi blog saya sekarang ini dapat bermanfaat, mengispirasi, dan menghibur para blogger sejati, blogger magang, atau blogger yang nggak sengaja masuk karena keyword yang sedikit menyesatkan. Salam Triyana Purnama Putri yang sekarang masih 21 tahun...


Keponakanku dan Dunianya

0
COM
Hari ini dan beberapa hari belakang, saya sedang dihadapkan dengan rutinitas baru, yaitu menjadi baby sitter freelance. Memang betul kata orang tua, cari kerja itu susah. Buktinya walaupun sudah mendapat gelar sarjana tetap saja masih susah cari kerja. Kenapa tidak meneruskan ke S2? Hmm, nanti dulu deh ya. Dari SD sampai kuliah S1 sudah dibiayai orang tua masa sekarang S2 masih tetap merengek meminta aliran dana pada orang tua. 

Bayi-bayi yang saya asuh memang benar-benar bayi yang luar biasa, tidak bisa diatur dan tidak bisa diam di satu tempat. Saya menyebutnya bocah-bocah rese. Ibu tidak marah anaknya dipanggil seperti itu? Tidak juga sih, karena ibunya kakak saya. Hahaha. Menyenangkan, tidak habis pikir, dan kadang cukup menguras emosi saat sedang datang bulannya.

Bayi yang satu usia 20 bulan (Anjani) yang satu usia 7 bulan (Al). Al sebagai bayi 7 bulan yang baru bisa merangkak tidak terlalu merepotkan, kasih mainan untuk digigit atau dipindahkan ke karpet saat memenemukan hal bahaya. Sementara Anjani ini, makhluk kecil yang menguji kesabaran banget. "Anak kebanyakan vitamin" julukan saya untuk dia. Memang saat masa kehamilan ibunya sering sekali minum vitamin, makan-makanan gizi tinggi dan hal lainnya yang dilakukan ibu-ibu muda saat hamil anak pertama. Pernah suatu ketika, saat saya dan keluarga makan di sebuah rumah makan, saking aktifnya anak satu ini hampir semua makanan dia "eksperimenkan" mulai dari es teh manis yang dicampur sambal, minum es kelapa campur tahu goreng, dsb.

Hal yang sedang happening sekali saat ini untuk Anjani adalah belajar berbicara. Anjani sudah mulai mampu berbicara dengan orang dewasa melalui persatu kata yang ia ucapkan. Kata pertama yang mampu ia ucapkan adalah cicak dengan bunyi yang sangat jelas. Tetapi selayaknya, anak seusianya walaupun telah mampu berbicara dengan orang dewasa tentunya tidak setiap kata yang ia ucapkan dapat dimengerti. Contohnya, mengucapkan susu menjadi cucu, masuk menjadi macuk, melon menjadi meyon, air menjadi ai, seribu menjadi cebu, dsb. Selain pengucapan yang belum sempurna,   keberagaman kosakata yang anak seusia Anjani tentunya masih terbatas. Suatu ketika, ia diajak ke toko perhiasan. Selayaknya anak seusianya yang sangat senang bila diajak keluar, ia sangat asyik berlari kesana kemari di toko tersebut. Saat ibunya sedang memilih, ia pun menghampiri salah satu etalase yang berisi kalung-kalung emas yang sangat cantik yang mungkin beratnya di atas 3 gram. Kemudian, dengan polosnya ia teriak sambil menunjuk ke sembarang deretan kalung-kalung tersebut "Injam, injam, injam, injaam!" Maksudnya pinjam, pinjam, pinjam. Hahaha, sampai pegawai toko tersebut pun tertawa. Beruntunglah pada ibunya, karena saat ini Anjani hanya mampu berkata pinjam. Mungkin bila umurnya bertambah nanti kata tersebut akan menjadi "Mamih beli, beli, beli".

Saya sangat menyayangkan para orang tua yang mengajarkan anaknya bebicara pada usia "pemerolehan bahasa" dengan seolah "memanja-manjakan" sebuah kata, seperti pengucapan yang seharusnya pulang menjadi uang, susu menjadi cucu, sayang menjadi cayang, dsb. Padahal, pengucapan kata yang benar dari orang tua dapat membantu seorang anak lebih cepat melafalkan dengan benar sebuah kata. Coba saja bayangkan, jika mereka semakin besar dan ia mengartikan kata uang sebagai bentuk seseorang yang telah/hendak kembali ke rumah, bukan benda berbentuk kertas/logam yang dapat mereka gunakan untuk jajan. Masalah kita sudah mengajarkan dengan benar tetapi mereka masih salah mengucapkannya, itu karena penggunaan alat ucap mereka masih belum sempurna. Hal tersebut, tidak menjadi masalah selama para orang tua tetap membenarkan saat sang anak salah mengucapkannya.

Hahaha blog ini jadi berasa sedang membahas masalah parenting. Itu hanya sebatas cerita dan opini saya tentang dunia anak dan kebahasaan. Semoga dapat menjadi manfaat dan hiburan bagi yang membacanya :)


Hastanta Leroy Altair (Al)

Myeshia Afsheen Anjani (Anjani)

Hasil Tidak Akan Mengkhianati Proses

1
COM
Seharusnya ini jadi blog dua bulan lalu. Tapi karena terkadang menulis itu membutuhkan mood maka baru terealisasi hari ini.

Tanggal 30 Juli 2015 menjadi bagian dari beberapa tanggal yang berarti bagi hidup saya. Untuk apa memspesialkan tanggal? Agar saat kita bercerita dengan anak cucu tidak terjadi kekeliruan dan juga agar anak cucu kita kelak dapat berimajinasi seperti apa sosok kita pada saat itu.

Oke, lanjut saja ya. Pagi hari tanggal 30 Juli 2015 saya bersiap dan berpakian rapi. Apa yang tidak biasa saya kenakan, seolah menjadi keharusan yang saya pakai pada hari itu. Ya, kaus kaki. Selain ketika memakai sepatu model sneakers, saya paling anti memakai kaus kaki. Tetapi, hari itu dengan sukarela tanpa paksaan, kaus kaki saya kenakan dan saya sandingkan dengan flatshoes. Setelah bersiap dan berkemas diri, sekuat tenaga saya mengatur napas dan detak jantung agar tetap dalam keadaan sesantai mungkin. Tetapi, biarpun berusaha sesantai mungkin tetap terasa ada angin di dalam perut atau sesuatu yang berharap ingin segera keluar. Dengan berusaha santai dan yakin akan kemampuan diri sendiri dalam hari saya menerikan "Bismillah, siap sidaaaaang!!!" (Hmm, agak dramatis tapi ya memang dalam situasi untuk mempertaruhkan masa depan standarnya mungkin seperti itu. Realisasinya bisa dilihat ketika seorang kehilangan kekasihnya).

Yap, hari itu hari saat saya dan puluhan mahasiswa lainnya di uji oleh tiga orang yang insya Allah jenius dan mendadak berubah menjadi kloningannya malaikat Izrail. Saat itu memang saya akui saya cukup percaya diri dengan produk yang saya godok kurang lebih 3 bulan. Faktor utamanya karena Allah membatu saya yang orangnya panikan dan panakut dengan memberikan dosen pembimbing yang jenius gila tapi nyereminnya juga gila. 

Dalam kurun waktu 3 bulan tersebut, saya dihadapkan dengan konsep dan instrumen penelitian yang bolak-balik direvisi. Pada tahap itu problematik mahasiswa tingkat akhir benar-benar saya rasakan. Kuncen perpustakan, sahabatan dengan staff jurusan, lupa makan (tapi untungnya memang sedang bulan ramadhan), sampai tidak tidur 32 jam. Amazingggg!! Tapi saya menyakini dan percaya dengan quotes (yang entah dari siapa sumbernya) bahwa hasil tidak akan mengkhianati proses. Selain itu, sebagai penambah semangat dan penghibur diri, beberapa hari sebelum sidang sering berbicara pada diri sendiri yang isinya "Skripsi ini yang tau isi dan prosesnya kan cuma kamu. Penguji tahu apa." Hahaha.

Karena proses yang saya jalani dan yakin dengan apa saya tulis dalam 227 halaman tersebut, dengan berusaha santai tetapi tetap serius hampir semua pertanyaan yang diajukan kloningan malaikat-malaikat izrail dapat saya jawab. Setelah penguji terakhir mengatakan "Iya sudah cukup" dan saya dipersilkan keluar dari ruang sidang rasa ingin meluk siapa saja yang saya lihat saat itu. Bahagia, ingin teriak, mendadak kelaparan, dan perasaan yang tak tergambarkan lainnya. Tapi alhamdulillah saat itu teman-teman dekat saya sudah menanti di luar ruang jadi saat keluar ruangan, saya tidak memeluk siapapun yang lewat deh. Hahaha.

Hari itu setelah pengumuman kelulusan atau yudisium oleh Ketua Jurusan, saya rasa tidak ada yang tidak terharu. Karena, ya, namanya juga baru saja melewati saat-saat menegangkan yang membuat perut kembung, tangan dingin, dan jantuk berirama lebih cepat. Apalagi dengan kata-kata Bapak Kajur yang sukses buat mahasiswi-mahasiswinya berkaca-kaca, yaitu "Satelah ini, sampaikan salam kami kepada orang tua kalian. Setelah delapan semester, sekarang saat kami mengembalikan kalian kepada orang tua masing-masing" Mungkin bila tidak ada unsur di luar bahasa seperti situasi dan suanana kelimat-kalimat tersebut tidaklah istimewa. Tetapi, kalimat-kalimat tersebut begitu berarti dan menyentuh bagi kami yang baru saja mendapat tambahan beberapa huruf ajaib dibelakang nama lengkap.

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Tentunya hanya itu yang dapat saya panjatkan kepada Allah Swt. Karena sedikitnya saya telah mampu memberikan kebahagiaan dan kebanggan untuk orang tua dan keluarga. Walaupun saya bukan penganut dogma bahwa kuliat lebih cepat selesai itu lebih baik tapi saya percaya bahwa kuliah lebih cepat selesai itu dapat membantu membuat keuangan orang tua membaik.

Inilah sisa-sisa kebahagian tersebut.....


Foto saya di depan fakultas tercintaah

Bersama sahabat-sahabat *walaupun tidak lengkap

Bersama sahabat-sahabat *walaupun tidak lengkap