Analisis Penggunaan dan Fungsi Bahasa Baku dan Non Baku

A. Perbandingan Penggunaan Bahasa Indonesia Baku dan Non Baku 
Narasumber kami kali ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Beliau bernama Nuraini dengan umur 32 tahun. Ibu Nuraini ini dapat dikatakan penduduk asli Pulau Tidung karena sejak lahir hingga sekarang beliau menetap di Pulau Tidung. Bila dilihat dari silsilah keluarga beliau memiliki darah sunda dari ayahnya yang berasal dari Tangerang, Banten. Namun, demikian beliau tidak fasih dan bahkan tidak mengerti dengan bahasa sunda karena sejak kecil ia tidak diajarkan bahasa sunda oleh ayahnya.

Pendidikan terakhir beliau, yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP). Bila dilihat dari jenjang pendidikan terakhir beliau maka dapat digolongkan berpendidikan rendah. Selayaknya asumsi masyarakat bahwa orang dengan pendidikan rendah maka dalam penggunaan bahasa baku akan terlihat lebih kurang dibanding dengan orang yang berpendidikan tinggi. Dalam proses wawanacara kami dengan Ibu Nuraini terlihat penguasaan bahasa baku beliau kurang. Namun, walaupun begitu terlihat cukup berusaha untuk tetap menggunakan Bahasa Indonesia yang baku. Hal tersebut dapat dibuktikan dari potongan hasil wawancara kami dengan ibu Nuraini. 

Pewawancara : Nah, ibu kita kan nanti mewawancarai ibu, ibu mau menggunakan nama asli ibu atau mau disamarkan?
Narasumber : Nama asli ajadah, Nuraini
Pewawancara: Begini bu mungkin wawancara ini satu atau dua jam bu. Ya, sebenarnya kita ngobrol saja bu. Pertanyaannya nanti kalau ada yang tidak mengerti mah tidak apa-apa. Pokoknya tidak ada benar tidak ada salah bu. Apakah wawancara ini ibu setuju untuk direkam?
Narasumber : Iya, setuju ajadah (tertawa)
Pewawancara : Pakai nama asli bu yah?
Narasumber : Iya 
Pewawancara : Mungkin langsung saja ya bu. Mengganggu waktunya tidak bu?
Narasumber : Ya, tidak apa-apa dah
Pewawancara : Sambil berjalan saja ya bu yah
Narasumber : Iya

*Untuk membaca lebih lengkap silakan download di bawah ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar